Secara realistis harus kita akui bahwa kita hampir selalu butuh uang maupun materi, tetapi sebagai manusia berbudaya, janganlah kita biarkan uang maupun materi sampai benar-benar membunuh akhlak atau moral kita.
Serahkanlah 99% dari hasil korupsi kalian kepada pemerintah kita untuk kemudian secara langsung dan transparan dibagi-bagikan kepada ratusan juta rakyat kita yang sudah sangat lama belum bisa ikut menikmati kehidupan yang layak, apalagi sampai bisa berlibur ke Bali sambil nonton pertandingan tenis, he..he..he.
Kalau benar-benar (tidak seolah-olah saja) direncanakan dan dijalankan secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan bertanggungjawab, jangankan bekerja-lembur, bahkan berlibur pun bisa saja bermakna ibadah. Terima kasih!
Apa gunanya mengaku diri kita kaya, kalau ternyata kita masih saja suka mengeluh dan tidak mau bersyukur? Tetapi sebaliknya, mungkin bisa lebih bisa tidak berguna lagi, kalau ketika kita sudah
miskin, kita tetap saja tidak mau bekerja maupun berkarya secara benar-benar baik, jujur, rajin, adil, beradab, dan bermanfaat tidak bagi diri kita sendiri saja?
Jauhilah atau kasihanilah orang-orang yang ketika punya banyak utang sangat aktif mendekat, tetapi ketika sedang makmur dan sedang banyak rezeki, malah menjauh terus dan sangat sulit dihubungi.
Kalau memang masih ingin tetap bisa dan boleh menikmati dan/atau mensyukuri kehidupan yang bahagia secara mulus dan berkesinambungan, tetaplah cari dan kelola “fulus” secara lurus, halus, dan tulus, jauhkanlah pemakaian akal bulus.
Sadar dan ingatlah selalu bahwa “Mata Tuhan Yang Mahapengamat” senantiasa mengamati serta mencatat semua pikiran, perkataan, perbuatan, perasaan, dan gejolak nafsu kita dalam semua detak detik kehidupan kita!
Menepuk dada sendiri adalah hak asasi setiap orang, asalkan jangan sampai terlalu keras, sehingga tidak sampai menimbulkan ekses negatif untuk diri kita sendiri atau menggangggu ketertiban umum
atau mengganggu ketentraman para stakeholders. Tepuklah dada secara wajar!
Maaf, saya benar-benar tidak berminat untuk bersaing dengan Anda maupun dengan pihak lain, tetapi saya sangat antusias bersaing dengan diri saya sendiri secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, wajar, dan/atau optimal yang berkesinambungan.
Kebahagiaan itu sebenarnya, adalah ketika kita sudah benar-benar berhasil membuat hidup kita tenang dan senang tanpa mengganggu maupun menyusahkan teman-teman maupun temin-temin kita.
Kapan Joger mulai berdiri? Sebenarnya sampai saat inipun joger belum berdiri tegak. Usaha kami mulai dirintis pada bulan juli 1980 bermodal dasar Rp.500 ribu dengan sistem pemasaran door to door alias gedor-gedor rumah orang. Waktu itu anak saya masih berumur 3 bulan. Jadi waktu itu memang saya sempet jadi single.