Renungan
Renungan Joger, Selasa, 13 Oktober 2020.
Jumlah “demo ini maupun demo itu” meningkat, mudah-mudahan saja niat atau maksud atau tujuan “demo-demo” itu benar-benar (tidak seolah-olah saja) baik dan bermanfaat bagi pencapaian, perawatan, maupun penumbuhkembangan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang benar-benar baik (tidak jahat), jujur (tidak curang), ramah (tidak sombong), rajin (tidak malas) berdoa maupun bekerja nyata! Merdeka! Terima kasih!
Renungan Joger, Senin, 12 Oktober 2020.
Ketika uang sudah menjadi yang “mahakuasa”, janganlah heran kalau yang akan menang dan akan menguasai negeri kita ini hanyalah orang-orang berduit yang paling mau dan paling mampu membeli suara rakyat maupun yang paling mau dan paling mampu membayar tukang protes atau tukang demo bayaran. Jangan takut, tetapi tetaplah berniat dan bersikap baik, jujur, adil, beradab, cerdas, kritis, bijak, merdeka, dan/atau waspada! Jangan biarkan NKRI ini dikuasai dan dijajah oleh para penjual senjata. Terima kasih!
Renungan Joger, Minggu, 11 Oktober 2020
Renungan Joger, Minggu, 11 Oktober 2020.
Beginilah jadinya, kalau “industri unjuk rasa” sudah merambah ke mana-mana, di mana uang haram dan ilegal malah bisa dipakai untuk menyewa pelaku unjuk rasa bayaran. Berarti sekarang ini sudah terjadi pertarungan adu kecerdikan dan adu kekuatan antara pemerintah yang sah dengan para pengacau yang merasa terganggu kepentingan maupun keamanannya. Semoga saja pemerintah kita yang sah tidak sampai kalah cerdik dan kalah kuat melawan para provokator maupun pengacau.
Renungan Joger, Sabtu, 10 Oktober 2020
Renungan Joger, Sabtu, 10 Oktober 2020.
Dulu (di tahun 1990-an) saya pernah membuat dan menyebarkan sejenis lelucon yang berhubungan dengan “unjuk rasa” dengan mengatakan agar kita ramai-ramai melakukan “unjuk berbagai macam rasa” dari unjuk rasa kecewa, rasa marah, rasa coklat, rasa vanila, rasa strawberry, rasa jeruk, DLL-nya. Eh, sekarang malah sudah bermunculan “industri unjuk rasa” yang bisa menyediakan pelaku demo bayaran untuk segala macam tujuan, he..he..he.
Renungan Joger, Jumat, 09 Oktober 2020
Renungan Joger, Jumat, 09 Oktober 2020.
Jokowi dan Ma’ruf Amin sudah secara demokratis kita pilih sebagai pasangan pemimpin bangsa ini, begitu pula para legislator kita juga sudah kita pilih secara demokratis untuk membuat undang-undang, eh sekarang, setelah mereka benar-benar bikin undang-undang, malah diprotes dan didemo? Kita ini maunya apa, sih? Jangan biarkan provokator dan pengacau memanfaatkan pelajar, mahasiswa, maupun para penganggur untuk melakukan unjuk rasa yang pada akhirnya hanya menguntungkan niat jahat mereka saja. Salam damai dari Joger Kuta.
Renungan Joger, Kamis, 08 Oktober 2020
Renungan Joger, Kamis, 08 Oktober 2020.
Kalau bisa, janganlah sampai terlalu bangga maupun sampai terlalu tidak bangga pada kualitas diri kita sendiri, sehingga kita pun tidak sampai merasa pantas dan perlu untuk berhenti belajar, mengajar, maupun diajar secara benar-benar wajar alias secara benar-benar tidak kurang ajar. Oke?
Renungan Joger, Rabu, 07 Oktober 2020
Renungan Joger, Rabu, 07 Oktober 2020.
Kalau bisa, marilah kita (semua) ramai-ramai, kompak dan juga benar-benar rajin dan tekun belajar, mengajar, maupun diajar secara benar-benar wajar, justru agar kita semua bisa dan boleh benar-benar menjadi manusia yang benar-benar terpelajar yang benar-benar wajar alias yang tidak sampai benar-benar kurang ajar, he..he..he. Oke?
Renungan Joger, Selasa, 06 Oktober 2020
Janganlah karena Pak Harto orang Jawa yang kita curigai sebagai biangnya koruptor, lalu semua orang Jawa kita curigai sama seperti Pak Harto. Janganlah karena Liem Swie King maupun Susi Susanti juara dunia badminton, lalu semua orang Tionghoa harus Juara dunia badminton kalau ingin jadi orang Indonesia yang baik. Marilah kita kurangi prasangka primordial yang tidak kondusif bagi keutuhan dan kejayaan NKRI! Kurangi korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, dan fanatisme destruktif!
Renungan Joger, Senin, 05 Oktober 2020
Renungan Joger, Senin, 05 Oktober 2020
Justru di saat-saat susah seperti sekarang inilah seharusnya kita tingkatkan kesadaran sosial kita untuk membantu sesama kita yang benar-benar pantas, perlu, dan mau menerima bantuan kita yang wajar secara wajar. Jangan malah tetap saja menyibukkan diri kita untuk memperkaya diri, keluarga, partai, maupun institusi agama kita sendiri saja. Bagi yang benar-benar kaya, perhatikanlah kesejahteraan karyawan. Jangan pamer barang mewah saja!
Renungan Joger, Minggu, 04 Oktober 2020
Renungan Joger, Minggu, 04 Oktober 2020.
Renungan Joger, Sabtu, 03 Oktober 2020
Renungan Joger, Sabtu, 03 Oktober 2020.
Kalau saja seluruh rakyat atau warga negara atau pencinta NKRI ini benar-benar beriktikad (berniat baik yang benar-benar baik tanpa korupsi, tanpa arogansi, dan tanpa kemunafikan) dalam menghormati, menghargai, dan mencintai NKRI kita tercinta ini, tentu saja NKRI kita yang indah, luas, subur, kaya, punya Bhinneka Tunggal Ika, punya Soempah Pemoeda, punya Pancasila, punya lebih dari 17 ribu pulau, dan bahkan juga punya lebih dari 265 juta rakyat yang pintar-pintar dan hebat-hebat, tentu saja tidak akan sampai ada orang terpaksa hidup miskin dan susah di NKRI kita tercinta ini. Kalau saja! Oke?
Renungan Joger, Jumat, 02 Oktober 2020
Renungan Joger, Jumat, 02 Oktober 2020.
Alangkah indahnya hidup di NKRI yang indah, luas, subur, kaya, punya Bhinneka Tunggal Ika, punya Soempah Pemoeda, punya Pancasila, punya lebih dari 17 ribu pulau, dan juga punya lebih dari 265 juta rakyat atau warga negara atau pencinta yang pintar-pintar dan hebat-hebat ini, kalau saja orang-orang kita yang pintar-pintar dan hebat-hebat ini benar-benar beriktikad dalam mencintai NKRI kita ini tanpa korupsi, tanpa arogansi, dan juga tanpa kemunafikan. Bangkit dan jaya lah Indonesia! Oke?
Renungan Joger, Kamis, 01 Oktober 2020
Renungan Joger, Kamis, 01 Oktober 2020.
Jika memang sekadar ingin hidup sederhana tanpa menyekolahkan anak-anak kita sampai sarjana, kita memang tidak perlu bekerja keras dan/atau apalagi cerdas, tapi kalau memang ingin hidup lebih layak dan/atau apalagi kalau memang ingin anak-anak kita mendapat pendidikan yang baik sampai tingkat sarjana, sebaiknyalah kita benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas, dan mantap bekerja keras dan cerdas secara agak lebih banyak.
Renungan Joger, Rabu, 30 September 2020
Renungan Joger, Rabu, 30 September 2020.
Sebagai bangsa yang benar-benar merdeka (tidak mau menjajah maupun dijajah) sudah selayaknya kita juga benar-benar menghargai kemerdekaan siapa pun juga secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan/atau tanpa sampai melakukan kekerasan fisik, kekerasan mental, kekerasan moral, kekerasan hukum, maupun kekerasan finansial. Marilah kita saling menghargai sebagai sesama manusia!
Renungan Joger, Selasa, 29 September 2020
Renungan Joger, Selasa, 29 September 2020.
Kemerdekaan beragama akan tetap mengalami kegamangan, kalau kata atau istilah “kemerdekaan” masih saja kita terjemahkan sebagai “kebebasan sebebas-bebasnya”. Marilah kita tuntut hak asasi beragama kita justru dengan tetap benar-benar mau, mampu, ikhlas, dan mantap menghargai hak asasi beragama orang atau pihak lain. Kalau kita tidak suka dianggap kafir, janganlah meng(k)afirkan sesama! Bersatu kita teguh! Merdeka!
Renungan Joger, Senin, 28 September 2020
Renungan Joger, Senin, 28 September 2020.
Apa gunanya bertitel sarjana S1, S2, maupun S3, kalau belum S4 alias belum S-empat melakukan kebaikan maupun kebajikan dengan modal 5 I + KARDOW alias modal Iktikad, Ilmu/ilmu-ilmu teoritis dan terutama praktis, Interes/minat/ketertarikan/passion, Izin dari penguasa (terutama dari diri kita sendiri yang sudah dan akan tetap menguasai keserakahan kita sendiri), Izin dari Yang Mahakuasa + Keberanian, Alat/alat-alat bantu, Ruang, Dana halal dan legal, Orang/orang-orang sebagai sesama subyek merdeka, dan Waktu kita. Oke?
Renungan Joger, jumat, 25 September 2020.
Kalau saja kita benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas dan mantap merenungkan secara lebih tenang dan lebih jernih, tentu saja dengan mudah kita akan bisa menyadari maupun memahami betapa anehnya hidup di NKRI yang semua warganya konon beragama, tetapi, koq korupsi, kolusi, nepotisme, maupun berbagai bentuk ketidakadilan tetap saja marak terjadi secara terbuka dan menyedihkan? Aneh, tapi nyata!
Renungan Joger, Kamis, 24 September 2020
Renungan Joger, Kamis, 24 September 2020.
Apa gunanya “beragama”, kalau ternyata tidak benar-benar membuat kita menjadi manusia yang benar-benar makin baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, dan tahu diri? Tetapi apa gunanya “tidak beragama”, kalau ternyata kita malah menjadi “binatang berbentuk manusia” yang makin buas, makin ganas, dan makin bengis saja? Jangan takut, tetapi tetaplah waspada! Oke?
Renungan Joger, Rabu, 23 September 2020
Renungan Joger, Rabu, 23 September 2020.
Kalau mau kaya raya, janganlah melamar dan/atau apalagi sampai benar-benar dilantik jadi abdi masyarakat atau jadi pelayan publik yang bergaji kecil, tetapi jadilah pengusaha, walaupun dengan kemungkinan bisa benar-benar sukses dan kaya raya, tetapi juga bisa saja malah gagal, bangkrut, jatuh miskin, dan harus menanggung banyak utang uang maupun utang budi. OK? Terima kasih!
Renungan Joger, Selasa, 22 September 2020
Renungan Joger, Selasa, 22 September 2020.
Kalau memang benar-benar ingin memberantas korupsi, sebaiknyalah segera dibuat undang-undang yang benar-benar tegas, jelas, dan lugas melarang (keras) siapa pun menjadi kaya maupun menjadi miskin tanpa sebab-sebab yang jelas dan logis, sehingga para penguasa maupun pejabat pun tidak sampai terlanjur hidup mewah tanpa bisa menjelaskan secara terbuka dan masuk akal sumber-sumber kekayaan mereka yang membuat banyak rakyat terpaksa tetap hidup susah dan miskin.
Renungan Joger, Senin, 21 September 2020
Renungan Joger, Senin, 21 September 2020.
Walaupun bukan yang terpenting, tapi uang adalah benda buatan manusia yang juga tidak boleh kita remehkan. Bagi pengusaha maupun penguasa yang kebetulan sudah punya banyak uang halal dan legal, janganlah hanya pandai memamerkan kebermanfaatan uang hanya untuk diri atau keluarga atau partai atau agama kita sendiri saja, tapi (kalau bisa dan juga kalau Anda berkenan) marilah kita buktikan bahwa uang halal dan legal kita yang berlimpah juga bisa dan boleh bermanfaat secara optimal bagi kemaslahatan banyak sesama manusia, kemanusiaan, maupun bagi lingkungan hidup kita bersama. Merdeka!
Renungan Joger, 19 September 2020
Renungan Joger, 19 September 2020.
Uang dan harta yang banyak bisa saja jadi anugerah, kalau saja memang benar-benar kita cari, tabung, kelola, dan distribusikan secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, ramah, rajin, bertanggungjawab, dan/atau bijaksana, tetapi bisa saja malah jadi masalah maupun musibah, kalau kita curi, rampas, dan kemudian hambur-hamburkan secara jahat, korup, sembarangan, curang, licik, maupun munafik. Setuju? Terima kasih!
Renungan Joger, Jumat, 18 September 2020
Renungan Joger, Jumat, 18 September 2020.
Jumlah penduduk yang banyak bisa saja menjadi anugerah yang sangat baik dan bermanfaat, kalau saja mereka yang banyak itu benar-benar baik, jujur, adil, beradab, rajin, bertanggungjawab, dan tidak korupsi, tetapi bisa saja malah jadi masalah dan/atau bahkan beban berat, kalau mereka yang banyak itu benar-benar tidak baik, tidak jujur, malas, curang, biadab, dan korup. Bangkit dan jayalah NKRI!
Renungan Joger, Selasa, 15 September 2020
Kalau orang beragama A benar-benar hanya boleh bergaul dan bersikap baik dengan orang beragama A saja. Lalu orang beragama B juga benar-benar hanya boleh bergaul dan bersikap baik dengan orang beragama B saja. Dan orang beragama C juga benar-benar hanya boleh bergaul dan bersikap baik dengan orang beragama C saja, janganlah heran kalau di dunia fana yang penuh misteri ini hanya akan boleh ada 3 agama saja, he.. he.. he.
Renungan Joger, Senin, 14 September 2020
Renungan Joger, Senin, 14 September 2020.
Paling repot kalau kita masih saja harus hidup bersama dan/atau apalagi harus bekerja sama setiap hari dengan orang-orang fanatik yang sangat amat yakin bahwa hanya diri atau kelompoknya saja yang berhak menentukan segala sesuatu, tanpa mau diajak berdialog, berunding, maupun berdebat secara baik-baik, jujur, adil, beradab, terbuka, dan tanpa kekerasan fisik, mental, maupun verbal.
Renungan Joger, Sabtu, 12 September 2020
Renungan Joger, Sabtu, 12 September 2020.
Seseorang layak disebut pakar adalah karena dia hampir selalu mau dan mampu membuat hal-hal yang sukar-sukar menjadi tidak sukar, bukan malah hanya pandai dan rajin membuat hal-hal yang tidak sukar malah menjadi sukar maupun tambah sukar saja, he..he. Terima kasih!
Renungan Joger, Jumat, 11 September 2020
Renungan Joger, Jumat, 11 September 2020.
Justru karena hampir semua orang (orang biasa) biasanya pasti lebih suka hidup enak daripada hidup tidak enak lah sebaiknya kita semua menjaga dan/atau membatasi diri kita sendiri masing-masing agar jangan sampai kita hidup seenaknya. Oke? Terima kasih! Matur suksema!
Renungan Joger, Kamis, 10 September 2020
Renungan Joger, Kamis, 10 September 2020.
Kita memang tidak bisa dan juga tidak boleh memaksa orang-orang untuk hidup bahagia, tetapi kita bisa dan boleh saja berusaha mengajak maupun memberi contoh bagaimana caranya kita hidup secara benar-benar baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, tahu diri, dan/atau benar-benar bahagia lahir batin dunia dan akhirat.
Renungan Joger, Rabu, 09 September 2020
Renungan Joger, Rabu, 09 September 2020.
Walaupun gaji atau penghasilan halal dan legalnya sudah sangat amat banyak, bagaimana mau tidak terpaksa korupsi lebih banyak lagi, kalau istri simpanan maupun pacar simpanannya setiap minggu tambah banyak terus, he..he..he. Makanya kalau bisa, janganlah terus-terusan menambah istri maupun pacar simpanan, he..he..he. Duit memang penting, tetapi kebaikan dan kejujuran harus tetap dijaga! Terima kasih!
Renungan Joger, Selasa, 08 September 2020
Renungan Joger, Selasa, 08 September 2020.
Don’t forget – jangan lupa bahwa orang merdeka adalah orang baik yang sadar, dalam arti orang yang punya kesadaran serta kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan/tapi senantiasa memilih untuk melakukan hal-hal yang baik secara jujur, ramah, rajin dan bertanggungjawab. Merdeka!