Kalau memang benar-benar berniat untuk menghormati, menghargai, maupun mencintai Tuhan (kita bersama) yang Maha Esa dan Mahakuasa - sebaiknyalah kita benar-benar mau dan mampu untuk saling menghormati, saling menghargai, dan saling mencintai di antara kita sebagai sesama manusia.
Kalau bisa, janganlah sering-sering melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak benar, sehingga kita pun tidak harus sering-sering minta maaf atas kesalahan-kesalahan kita!
Kalau bisa, janganlah langsung percaya maupun tidak percaya pada apa atau siapa pun yang baru kita lihat, dengar, maupun rasakan sekali maupun dua kali saja! Jangan takut, tetapi tetaplah sadar, paham, kritis, waspada, dan/atau bijaksana!
hidup sebagai “manusia biasa” itu sebaiknyalah wajar-wajar saja, janganlah sampai kurang ajar, tetapi kalau, toh pada suatu saat kita harus bersikap kurang ajar, kurang ajarlah sewajar-wajarnya saja! Terima kasih!
Selama kita memang sudah benar-benar (tidak seolah-olah saja) mau, seharusnyalah tidak ada hal yang mustahil untuk kita lakukan di dunia fana yang hampir selalu penuh dengan berbagai macam kemungkinan ini!
12 kelemahan manusia modern yang bisa kita pakai untuk mawas-diri: 1). Ingin serba cepat, kecuali dalam bekerja dan bayar utang. 2). Malas baca/bertanya/belajar. 3). Manja. 4).Mudah tersinggung. 5). Percaya takhayul. 6). Besar kepala ketika dipuji, tapi malah berkecil hati ketika dikritik. 7). Rajin mengeluh. 8). Malas bersyukur. 9). Suka pamer. 10). Munafik. 11) Lebih percaya pada berita negatif/bohong. 12). Lebih mencintai uang maupun harta daripada menghargai kebijaksanaan, keadilan, dan kebenaran??
Ancaman konyol dari pejabat menteri keuangan kita agar orang-orang yang tidak mau bayar pajak untuk meninggalkan NKRI, adalah salah satu bukti bahwa kekuasaan yang besar cenderung membuat penguasa merasa diri merekalah pemilik yang sah NKRI yang seharusnya merupakan milik kita bersama ini!
Apakah mungkin rakyat awam mau dan berani mempercayakan uang-uang hasil kerja keras mereka bertahun-tahun - di lembaga keuangan yang kinerjanya tidak benar-benar diawasi secara ketat dan profesional oleh OJK? Kapan kira-kira oknum-oknum pegawai OJK yang menyebabkan uang-uang “tabungan” ribuan rakyat tidak dikembalikan oleh pemegang saham pengendali - benar-benar (tidak seolah-olah saja) diminta bertanggungjawab atas keteledoran atau atas ketidakprofesionalan mereka?
Banyak uang rakyat yg sampai sekarang (akhir 2024 ini) seolah-olah menguap dimakan setan dan iblis di beberapa lembaga keuangan yang kiprahnya diawasi oleh orang-orang yang konon pegawai OJK? Kapan kira-kira mereka yg konon bertugas sebagai pengawas itu, tetapi ternyata malah kinerjanya hanya menguntungkan para direksi dan pemegang saham pengendali, akan benar-benar diminta bertanggungjawab atas kinerja mereka yg buruk dan destruktif? Apakah menteri keuangan tidak terganggu melihat ini?
Tanpa ada maksud meremehkan maupun menghormati, menghargai, dan mencintai siapapun secara berlebihan, kami (keluarga Joger) sangat senang dan tenang hidup bersama secara wajar, optimal, adil, beradab, sehat, logis, setara, dan berkesinambungan di pulau Balinesia atau di pulau Bali yg tak terpisahkan dari Indonesia, dari ASEAN, dari Asia, dari Dunia, maupun dari Alam Semesta kita yang sama, yang satu, dan yang tidak selebar daun kelor ini. Marilah kita bangun Balinesia yang sehat!