Renungan

Kalau memang ingin hidup tentram sendiri, jangan repot-repot cari pasangan hidup! Tetapi kalau memang sudah benar-benar ingin hidup penuh dengan dinamika sebagai sepasang suami istri, sebaiknyalah kita cari pasangan hidup yang benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan setia. Selamat memutuskan secara mantap!

Kalau bisa – janganlah tutup rapat-rapat pintu otak dan hati kita, karena kalau pintu otak dan hati kita tertutup rapat, lalu melalui pintu mana berbagai macam data, informasi, ilmu, dan/atau apalagi filosofi bisa masuk?

Kalau bisa – marilah kita sisihkan sebagian dari kelebihan rezeki kita untuk membantu orang atau pihak yang benar-benar masih pantas, perlu, dan mau menerima bantuan kita yang wajar, secara wajar, alias tidak secara kurang ajar!

Marilah “kita semua” hidup secara benar-benar sadar, paham, sengaja, dan/atau secara benar-benar baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, dan tahu diri. Setuju?

Jangankan Anda yang masih belum mengenal isi hati saya yang sebenarnya, teman-teman dan/atau bahkan diri saya sendiri saja masih sering curiga alias belum bisa percaya penuh pada diri saya sendiri, he..he..he.

Mungkin sudah waktunyalah kita mengurangi dan/atau menjinakkan kecemburuan sosial yang negatif dan destruktif, justru sambil meningkatkan dan/atau menggalakkan kecemburuan berbuat sosial yang positif, konstruktif, dan kreatif. Oke?

Jangankan penguasa yang sedang berkuasa atau konglomerat kelas kakap, bahkan penganggur dan/atau pengemis kelas teri pun sebenarnya tidak ada yang benar-benar suka dikritik, apalagi oleh pihak-pihak yang sebenarnya masih sangat perlu menerima kritik untuk melakukan “self critic” dan introspeksi, he..he..he.

Orang bijaksana adalah orang yang secara sadar dan realistis mengakui bahwa dirinya hampir selalu butuh uang lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk sebagian ditabung secara baik, jujur, dan aman.

Secara realistis harus kita akui bahwa kita hampir selalu butuh uang maupun materi, tetapi sebagai manusia berbudaya, janganlah kita biarkan uang maupun materi sampai benar-benar membunuh akhlak atau moral kita.

Serahkanlah 99% dari hasil korupsi kalian kepada pemerintah kita untuk kemudian secara langsung dan transparan dibagi-bagikan kepada ratusan juta rakyat kita yang sudah sangat lama belum bisa ikut menikmati kehidupan yang layak, apalagi sampai bisa berlibur ke Bali sambil nonton pertandingan tenis, he..he..he.