Jangan biasakan diri kita membenci atau meremehkan orang kaya maupun orang miskin, karena kalau kita rajin dan hemat kita sendiri bisa jadi kaya, tetapi kalau kita boros dan malas kita sendiri juga bisa miskin!
Orang yang benar-benar pintar dan cekatan memang banyak, tapi orang yang benar-benar baik, jujur, dan rajin (jauh) lebih kita butuhkan.
Silakan berkoalisi, tapi jangan berkolusi! Silakan jadi oposisi, tapi jangan kritisi semua kebijaksanaan maupun semua tindakan pemerintah secara membabi buta maupun secara berlebih-lebihan.
Merdeka adalah hak dan kewajiban segala bangsa, itu artinya hak dan kewajiban semua orang untuk saling menghormati, saling menghargai, dan saling mencintai secara benar-benar merdeka atau secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan bertanggung jawab.
Segala sesuatu yang benar-benar wajar - biasanya pasti baik dan konstruktif, tetapi segala sesuatu yang tidak benar-benar wajar - biasanya pasti tidak baik, tidak adil, dan tidak konstruktif.
Warna bendera partai boleh saja berbeda, tapi bendera kebangsaan kita harus tetap merah putih saja!
NKRI yang konon sama2 kita cintai serta dambakan kelestarian lingkungan hidupnya ini tidak mungkin bisa benar2 menciptakan tatanan masyarakat yang benar2 adil dan makmur secara berkesinambungan, kalau kebijakan publik kita secara langsung maupun tidak langsung dibuat atau apalagi dipaksakan oleh para “bandit” atau apalagi oleh para “maling”.
Kalau bisa, marilah kita berkiprah secara sewajar mungkin atau seoptimal mungkin cukup sesuai dengan tugas, fungsi, posisi, porsi, maupun profesi kita sendiri masing-masing, dan tentu saja tanpa melakukan kejahatan luar biasa seperti korupsi, kolusi, nepotisme, maupun koncoisme.
Tahukah Anda bahwa untuk bisa dan boleh hidup bahagia secara wajar, di samping butuh berbagai kecerdasan, ternyata kita juga butuh berbagai macam kebodohan untuk mensyukuri hal-hal yang sebenarnya sangat amat sulit kita syukuri secara nalar.
Kami adalah “orang-orang beriktikad” atau “manusia benar-benar merdeka” yang sangat suka pada hari Minggu, Sabtu, maupun Jumat, tetapi kami sama sekali tidak membenci hari Senin, Selasa, Rabu, maupun Kamis, apalagi kalau kami sedang “berlibur panjang” di Balinesia atau di pulau Bali yang tak terpisahkan dari Indonesia, dari ASEAN, dari Asia, dari Dunia, maupun dari alam semesta kita yang sama dan yang satu ini.