Renungan Joger, Jumat, 15 November 2019.
Industri pariwisata di NKRI ini sedapat mungkin harus benar-benar (tidak hanya seolah-olah) baik, jujur, adil, beradab, ramah, terbuka, masuk akal (reasonable) harganya, menyenangkan, menyehatkan, dan juga membahagiakan semua wisatawan maupun wisatawati dari segala usia, segala selera, segala keyakinan, segala kebutuhan yang wajar, dan juga dari semua agama yang benar-benar agama dan yang benar-benar cinta damai. Oke? Terima kasih!
Renungan Joger, Kamis, 14 November 2019.
Salah satu (bukan satu-satunya) gabungan sifat dan sikap positif yang bisa sangat baik dan bermanfaat bagi NKRI kita yang punya lebih dari 265 juta rakyat yg sangat heterogen atau sangat beraneka-ragam ini, adalah sifat dan sikap tenggangrasa yang benar-benar (tidak seolah-olah saja) wajar, baik, jujur, adil, beradab, optimal, proporsional, dan bertanggungjawab, dan/atau benar-benar merdeka. Kata kuncinya adalah merdeka.
Renungan Joger, Rabu, 13 November 2019.
Kalau bisa, hati-hati dan bijaksana lah menentukan kehalalan, terutama di NKRI kita yang heterogen ini, karena banyak hal positif yang baik, bermanfaat, dan wajar bagi pihak tertentu malah diharamkan oleh pihak tertentu lain. Contohnya makanan, minuman, cara berpakaian, maupun kegiatan-kegiatan yang bagi pihak tertentu halal, baik, dan nikmat, malah dijauhi dan diharamkan oleh pihak tertentu lainnya. Biarkan Bali tetap Bali alias tetap baik dan terkendali secara wajar, optimal dan tradisional!
Renungan Joger, Selasa, 12 November 2019.
Ketika para politisi sudah ramai-ramai berebut kekuasaan, maka saat itu jugalah mereka tidak mungkin lagi mau, mampu, dan sempat menjadi diri mereka yang benar-benar religius, karena mereka pun sebenarnya hanya sedang mencatut atau memanfaatkan nama agama dan Nama Tuhan kita bersama Yang Mahaesa, Mahabaik, Mahabijaksana, Mahapengasih, Mahapemaaf, dan Mahapengamat. Jangan takut, jangan putus asa, tapi tetaplah rajin berusaha melakukan berbagai kebaikan dan kebajikan!
Renungan Joger, Senin, 11 November 2019.
Kalau memang masih punya rasa malu yang wajar, sebaiknyalah kita tidak melakukan hal-hal yang memalukan! Kalau memang benar-benar masih punya rasa takut yang wajar, sebaiknyalah kita tidak menakut-nakuti. Dan kalau memang masih benar-benar ingin tetap merdeka secara wajar, janganlah suka menindas maupun menjajah siapa pun juga, apalagi sesama anak bangsa Indonesia yang baik-baik dan jujur-jujur secara korup, keji, kejam, biadab, licik, dan/atau kurang ajar. Oke?
Renungan Joger, Minggu, 10 November 2019.
Mungkin Perlu dikaji ulang secara lebih serius lagi, apakah kita atau bangsa Indonesia ini memang tidak suka dan tidak butuh penjahat? Kalau memang benar-benar tidak suka dan tidak butuh penjahat, seharusnyalah kita semua tidak melakukan kejahatan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pungli, mencuri, merampok, persekusi, maupun premanisme. dan kalau ada yang melakukannya harus ramai-ramai kita tangkap, adili, dan hukum seberat-beratnya bukan se-ringan-ringannya, bukan malah dibebaskan, dan/atau apalagi sampai diharga.
Renungan Joger, Jumat, 08 November 2019.
Alangkah indahnya hidup di bumi NKRI ini, kalau saja teman-teman kita yang benar-benar bekerja keras dan bekerja cerdas di lapangan untuk kebaikan, kebersihan, maupun kelestarian lingkungan hidup kita bersama dibayar lebih banyak daripada atasan mereka yang seolah-olah saja sibuk bekerja sambil baca koran di ruang kantor mereka yang ber-AC. Maaf, ini hanyalah sekadar angan-angan saya (Mr. Joger) sebagai salah satu (bukan satu-satunya) pencinta Bali yang benar-benar mencintai Bali. Merdeka!
Renungan Joger, Kamis, 07 November 2019.
Sebagai salah satu (bukan satu-satunya) rakyat/warga/stakeholder yang benar-benar (tidak seolah-olah saja) mencintai Bali, perkenankanlah saya (Mr. Joger) menyarankan agar para pemangku kekuasaan Bali bersedia belajar pengelolaan sampah dari mereka yang di Surabaya di bawah pimpinan Ibu Risma. Maaf, ini bukanlah kritik, tapi sekadar saran. Terima kasih!
Renungan Joger, Rabu, 06 November 2019.
Mungkin karena memang benar-benar baik, jujur, inovatif, kreatif, produktif, dan bertanggungjawab lah saya (Mr. Joger) dulu di tahun 1978 menolak dipaksa jadi PNS, dan/tapi malah tetap bersikukuh untuk jadi pengusaha yang BAJU2RA6BERTETADI alias BA-ik, JU-jur, RA-mah, RA-jin, BER-tanggungjawab, BER-imajinasi, BER-inisiatif, BER-ani, BER-syukur, BER-manfaat, TE-kun, dan TA-hu DI-ri yang senantiasa berdoa, berusaha, berkarya kreatif, bekerja keras, berbagi rezeki, bayar pajak, maupun bekerja bakti secara wajar atau secara optimal atau secara merdeka atau secara pancasilais. Terima kasih!
Renungan Joger, Selasa, 05 November 2019.
Mungkin karena tidak merasa diri saya cukup pintar dan juga tidak merasa mampu untuk jadi pegawai negeri yang patuh lah saya (dulu di tahun 1978) menolak paksaan paman istri saya yang waktu itu punya kekuasaan untuk memaksa penguasa lainnya mengangkat saya untuk jadi pegawai negeri, dan/tapi saya tetap bersikukuh untuk jadi pengusaha biasa yang benar-benar baik, jujur, kreatif, produktif, dan bertanggungjawab minimal bagi diri saya, istri saya, anak-anak kandung saya, dan para anak buah saya atau orang-orang dewasa yang bersedia bergabung dalam wadah keluarga Joger dengan filosofi dan NSM GARING.