Renungan Joger, Senin, 05 Maret 2018.
Menurut salah satu "Dirjen Pajak" kita, konon Joger tetap dituduh sebagai pembayar pajak yang terbaik untuk kawasan Nusa Tenggara, bukanlah karena Joger selama bertahun-tahun sudah benar-benar membayar pajak secara baik, melainkan hanya karena wajib pajak yang lain membayar lebih buruk saja. Untuk tahun 2016, Joger yang jelek ini sudah bayar pajak ± Rp 22 juta perhari, bukan pertahun, tapi setelah ikut Tax Amnesty, ternyata jumlah itu malah dianggap kurang banyak? Inilah keadilan zaman now??
Renungan Joger, Minggu, 04 Maret 2018.
Kalau dibiarkan dan/atau apalagi kalau sampai kita provokasi untuk mengeluh, jangankan orang-orang yang hidupnya masih miskin dan pas-pasan, bahkan orang-orang yang sudah kaya raya pun akan tetap merasa berhak dan wajib untuk sering-sering mengeluh, terutama masalah atau beban pajak ini, pajak itu, maupun pajak inu yang makin hari makin tinggi saja targetnya, he..he.
Renungan Joger, Sabtu, 03 Maret 2018.
Yang merepotkan, adalah karena makin hari makin banyak saja orang-orang yang seharusnya cerdas, tapi karena kritis malah tidak dapat posisi yang menentukan, dan orang-orang yang tidak benar-benar cerdas, tapi karena tidak kritis malah diangkat jadi penentu kebijakan publik? Mudah-mudahan rakyat makin cerdas dan makin kritis dalam memanfaatkan suara atau hak pilihnya. Pilihlah yang terbaik, terjujur, dan terkritis!
Renungan Joger, Jumat, 02 Maret 2018
NKRI sebenarnya butuh sangat banyak orang-orang yang benar-benar mau dan mampu berdoa dengan benar-benar bekerja dan berkarya nyata, tapi sayang kebanyakan dari kita malah lebih suka dan lebih pandai berpidato dan menebarkan janji-janji tanpa benar-benar mau & mampu memberikan bukti! Makanya, kalau bisa, marilah kita tingkatkan keikhlasan kita untuk benar-benar bekerja dan berkarya nyata! Merdeka!
Renungan Joger, Kamis, 1 Maret 2018
Kalau bisa, marilah kita hentikan kesalahpahaman kita tentang Kemahakuasaan Tuhan kita Yang Mahaesa & Mahabaik! Berhentilah takut kepada Tuhan, karena ''Beliu'' adalah Tuhan Yang Mahabaik, Mahapengasih, dan Mahapenyayang! Lalu marilah kita memohon agar Tuhan Yang Mahakuasa hanya menciptakan surga saja bagi kita semua tanpa kecuali dan meniadakan neraka bagi kita semua!
Renungan Joger, Rabu, 28 Februari 2018
Walaupun tidak beragama Hindu, tapi saya (Mr. Joger yang dulu di tahun 1951 dilahirkan di Denpasar, Bali) juga percaya bahwa segala yang sudah kita pikirkan, katakan, rasakan, maupun perbuat, cepat atau lambat pasti akan berbuah akibat berupa anugerah maupun merupakan masalah sesuai dengan kualitas niat yang ada di dalam, di samping, di atas, di bawah niat kita yang sebenarnya.
Renungan Joger, Selasa, 27 Februari 2018.
Pajak adalah ibarat darah bagi bangsa dan negara kita tercinta ini. Silakan pungut dan kejar target pemungutan pajak sebanyak-banyaknya, tapi tolong sisakanlah sedikit agar kami yang bekerja di sektor riil tidak sampai lebih tertarik bermain (bukan bekerja nyata) di sektor finansial (hidup dari main saham maupun mendepositokan uang kami di bank-bank). Marilah kita jaga kewajaran kita dalam bersikap! Oke?
Renungan Joger, Senin, 26 Februari 2018.
Tampaknya perasaan kita sebagai manusia biasa ini adalah salah satu bentuk misteri yang hampir selalu ada di dunia fana yang hampir selalu penuh penghuni dan penuh misteri ini, buktinya banyak di antara kita yang merasa lebih bersaudara dengan orang yang bukan saudara kandungnya, daripada dengan saudara kandungnya sendiri. Marilah kita perbaiki hal buruk ini!
Renungan Joger, Minggu, 25 Februari 2018.
Selama sikap maupun rasa iri dan dengki masih mau kita terima sebagai hal yang wajar, janganlah heran kalau semangat kerja para pengusaha untuk berinvestasi di sektor riil tidak mungkin benar-benar mau, mampu, ikhlas, dan mantap tumbuh. Marilah kita pastikan, apakah kita memang benar-benar mau baik atau hanya mau dapat uang dengan menghalalkan segala cara? Jauhilah sikap dan rasa iri!
Renungan Joger, Sabtu, 24 Februari 2018.
Sebagian kecil dari pemangku kepentingan di NKRI kita tercinta ini sebenarnya sangat sadar bahwa membangun negeri ini tidak bisa kita lakukan dengan bermalas-malasan saja, tapi sayang, sebagian kecil pemangku kepentingan maupun pejabat publik kita di desa-desa dan kampung-kampung malah tetap saja sibuk menganggap investor atau pengusaha adalah sapi perahan. Apakah kita benar-benar ingin membangun???