Kalau saja Pancasila kita sudah benar-benar diamalkan secara “beriktikad” atau secara “benar-benar baik, lebih baik, maupun terbaik, tidak terlalu baik, dan juga tidak terlalu tidak baik” atau secara “benar-benar wajar, optimal, adil, beradab, berkeagamaan, berke-Tuhan-an, berperikemanusiaan, berwawasan lingkungan, berwawasan kebangsaan, bersemangat gotong royong, berasas kekeluargaan, berwatak merdeka, dan/atau secara benar-benar berwawasan kesetaraan, tentu saja tidak ada rakyat Indonesia yang merasa pantas dan perlu belajar paham-paham maupun doktrin yang aneh-aneh! Salam hangat dari Joger, Kuta, Balinesia.
Kalau tidak suka atau tidak mau disakiti, janganlah menyakiti, tapi kalau, toh pada suatu saat kita secara tiba-tiba maupun secara tidak tiba-tiba suka disakiti, janganlah langsung merasa berhak dan/atau apalagi berkewajiban untuk menyakiti, tapi segeralah berkonsultasi ke rumah sakit bagian kejiwaan terdekat, karena mungkin saja jiwa kita saja yang sudah atau sedang kurang sehat! Marilah kita jaga kesehatan jiwa kita!
Tertangkap tangannya seorang oknum pemuka adat Bali di salah satu desa di Bali bukanlah alasan bagi kita untuk percaya dan/atau apalagi yakin bahwa semua pemuka adat Bali di Bali tidak tahu adat-istiadat Bali yang seharusnya hanya sangat amat positif, luhur, dan mulia, tetapi bisa juga kita jadikan alasan agar kita tidak mudah terkecoh pada penampilan fisik, cara berpakaian, tebal tipisnya kumis, cara bicara, status sosial, status ekonomi, profesi,… Lihat selengkapnya
Jangankan penguasa yang sedang sangat amat berkuasa, bahkan rakyat kecil yang sedang butuh bantuan pun tidak akan benar-benar bersedia dipaksa dan/atau apalagi diperkosa kemerdekaannya. Oke? Terima kasih!
Sifat dan sikap yang tidak pernah salah itu adalah sifat dan sikap hemat, bukan boros dan juga bukan terlalu hemat alias kikir! Setuju? Setuju tidak setuju tetap thank you alias terima kasih alias matur suksma alias matur nuwun alias hatur suhun alias arigato alias danke alias merci alias xie-xie!
Kalau memang ingin hidup tentram sendiri, jangan repot-repot cari pasangan hidup! Tetapi kalau memang sudah benar-benar ingin hidup penuh dengan dinamika sebagai sepasang suami istri, sebaiknyalah kita cari pasangan hidup yang benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan setia. Selamat memutuskan secara mantap!
Janganlah samakan begitu saja kemerdekaan dengan kebebasan, karena kebebasan yang disikapi secara tidak baik, tidak jujur, tidak ramah, tidak rajin, tidak bertanggungjawab, tidak berimajinasi, tidak berinisiatif, tidak berani, tidak bersyukur, tidak bermanfaat, tidak tekun, dan tidak tahu diri bisa saja menjelma menjadi kebebasan yang liar, buas, dan ganas. Setuju? Xie xie alias terima kasih!
Sadari, pelajari, dan pahami lah “kekuatan” maupun “kelemahan” kita sendiri sebelum, sembari, maupun sesudah mencoba menyadari, mempelajari, dan memahami “kekuatan” maupun “kelemahan” orang lain maupun pihak lain. Oke?
Tidak semua pemaksaan kehendak itu tidak baik dan tidak bermanfaat bagi peradaban manusia, yang penting lakukanlah “pemaksaan kehendak” hanya berdasarkan niat dan sikap yang “beriktikad” atau yang “benar-benar baik, lebih baik, maupun terbaik, tidak terlalu baik, dan juga tidak terlalu tidak baik”. Setuju? Setuju tidak setuju tetap terima kasih!
Tradisi atau adat-istiadat itu adalah kebiasaan-kebiasaan yang benar-benar baik dan bermanfaat bagi kemaslahatan sebuah kelompok masyarakat yang secara alami, tradisional, dan sukarela dijalankan maupun diwariskan secara turun-temurun dan berkesinambungan, bukan kebiasaan-kebiasaan buruk. Setuju? Thank you alias terima kasih.