Renungan Joger, Senin, 3 Juli 2017.
Secara idealistis maupun teoritis, pemimpin seperti "Ahok" yang baik dan jujur seharusnya memang kita butuhkan untuk membangun kesejahteraan yang berkeadilan di NKRI kita tercinta yang berdasarkan Pancasila ini, tapi secara realistis maupun praktis, saat ini kebanyakan dari kita masih lebih suka pemimpin yang santun, ramah, dan disukai karena bisa diatur, mau diajak kompromi, dan suka bagi-bagi tahta maupun harta. Aduh!
Renungan Joger, Minggu, 02 Juli 2017.
Salah satu (bukan satu-satunya) kenyataan hidup yang pantas dan perlu senantiasa kita ingat, adalah kenyataan bahwa tidak ada manusia yang benar-benar mau dan suka hidup miskin dan susah, tapi sayang tidak semua manusia mampu, mau, sempat, ikhlas, dan mantap memahami serta menjalankan cara-cara hidup yang benar-benar baik, jujur, adil, dan beradab untuk jadi kaya dan bahagia.
Renungan Joger, Sabtu, 1 Juli 2017.
Dulu, generasi tua kita memang masih percaya bahwa melakukan korupsi, kalau belum ketahuan dan belum ditangkap polisi, bukanlah dosa. Padahal semua dosa pasti dimulai dari pikiran atau rencana yang sudah ada di dalam otak dan hati kita. Makanya, marilah kita jaga kesadaran, kebaikan, kejujuran, keadilan, dan kesehatan otak dan hati kita, justru agar kita tidak sampai membuat rencana untuk berbuat dosa. Terima kasih!
Renungan Joger, Jumat, 30 Juni 2017.
Kalau memang benar-benar cinta NKRI, marilah kita cintai diri kita, keluarga kita, orang tua kita, teman-teman kita, maupun temin-temin kita, tapi tentu saja tanpa harus membiarkan diri kita membenci dan menyakiti hati maupun kantong orang lain, maupun temin-temin orang lain! Jangan siksa, tapi juga jangan manjakan orang lain maupun diri kita sendiri! Merdeka!
Renungan Joger, Kamis, 29 Juni 2017.
Diri kita yang sekarang maupun yang akan datang, adalah gabungan atau campuran yang unik antara semua yang sudah mau kita lakukan maupun semua yang sudah tidak mau kita lakukan di masa lalu. Makanya, kalau bisa, marilah kita songsong hari esok yang lebih gemilang, justru dengan mengambil hikmah dari semua pengalaman masa lalu kita sendiri, orang lain, maupun makhluk lain. Jangan takut, tapi tetaplah baik, jujur, kritis, dan waspada! Terima kasih!
Renungan Joger, Rabu, 28 Juni 2017.
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itulah Pancasila kita yang seharusnya tidak hanya kita jadikan pemanis bibir saja, tapi harus benar-benar mau, mampu, ikhlas, mantap, dan selalu kita pahami dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Renungan Joger, Selasa, 27 Juni 2017.
Sport tanpa sportivitas (berniat baik dan bersikap jujur dalam berlatih dan berkompetisi) sama saja dengan bohong. Makanya, ketika memang benar-benar ingin berolahraga, janganlah lupa untuk berolahpikiran, berolahbatin, berolahnafsu, maupun berolahkantong, sehingga kita pun bisa dan boleh benar-benar sehat jiwa, raga, pikiran, perasaan, maupun kantong secara berkesinambungan. Setuju?
Renungan Joger, Sabtu, 24 Juni 2017.
Apakah berdoa, bekerja, berkarya, belajar, berhemat, bayar pajak, dan berbuat sosial secara wajar sebagai pengusaha atau sebagai pedagang tidak termasuk kegiatan kehidupan maupun profesi positif untuk membela dan mencintai negara? Apakah untuk membela negara kita tercinta ini, kita harus mencari nafkah dengan jadi tentara atau jadi pegawai negeri atau jadi penguasa? Apakah jadi seniman tidak boleh????
Renungan Joger, Jumat, 23 Juni 2017.
Marilah kita cintai dan jaga kebersihan maupun kelestarian pulau Bali secara benar-benar baik, jujur, dan benar tanpa harus membenci, mengotori, maupun merusak pulau lain secara benar-benar tidak baik, tidak jujur, dan tidak benar! > Merdeka! Terima kasih!
Renungan Joger, Kamis, 22 Juni 2017.
Untuk menjaga nilai-nilai luhur budaya Bali, sudah selayaknya lah kita (orang-orang Bali yang berbudaya Bali dan benar-benar mencintai Bali sebagai bagian tak terpisahkan dari NKRI ini) tidak hanya sibuk berbangga diri (puas diri) menyandang status sebagai orang Bali asli tanpa benar-benar tahu, paham, dan benar-benar proaktif memelihara dan menumbuhkembangkan budaya orang Bali yang benar-benar (tidak hanya se-olah2 saja) baik, jujur, dan luhur. OK?