Pada dasarnya, hanya orang-orang yang masih menganggap dirinya remeh sajalah yang secara sadar maupun tidak sadar cenderung suka meremehkan orang lain maupun berbagai benda atau hal yang tidak/belum mereka pahami fungsi atau manfaatnya. Sedangkan orang-orang yang punya respek yang sehat dan wajar pada dirinya sendiri, biasanya cenderung punya respek yang sehat dan wajar pada sesama maupun pada segala sesuatu yang ada atau mereka rasakan ada. Oke?
Sebagai orang yang saleh, sudah selayaknya lah kita bersikap sumeh, tidak dumeh, dan juga tidak melakukan hal-hal yang aneh2!
Ketika di atas, tidak menindas. Ketika di bawah, tidak beringas. Ketika di kiri, tidak ekstrem kiri. Ketika di kanan, tidak ekstrem kanan, dan bahkan saat di tengah pun jangan sampai ekstrem tengah! Wajar-wajar sajalah.
Kalau memang masih ingin tetap bisa dan boleh menikmati dan/atau mensyukuri kehidupan yang bahagia secara mulus dan terus-menerus, tetaplah cari dan kelola "fulus" secara lurus dan tulus, jauhkanlah pemakaian akal bulus!
Berpikir adalah salah satu tanda bahwa kita masih hidup. Makanya kalau memang masih hidup dan ingin tetap hidup, berpikirlah! Kalau masih punya otak, pakailah otak, tapi kalau sudah tidak punya otak, tetaplah berpikir, walaupun dengan "otak-otak". Merdeka!
Dulu, di jaman ORLA maupun ORBA, banyak orang takut meng(k)ritik, tapi sekarang, di era reformasi, malah banyak orang pongah yang suka meng(k)ritik secara menakutkan! Merdeka!
Kebebasan berbicara adalah salah satu (bukan satu-satunya) kebebasan yang boleh dan bisa kita manfaatkan secara enak di alam demokrasi maupun reformasi ini, dan/tetap justru karena itulah kita tetap tidak boleh bicara seenaknya, apalagi di ruang publik!
Kalau keadaan eksternal tidak terkendali, minimal kendalikanlah pikiran kita sendiri agar jangan sampai negatif, karena pikiran negatif bukan hanya bisa membuat diri kita menderita, tapi juga bisa membuat orang lain menderita dan rezeki menjauh!