Presiden peringatkan Bulog harus menerima semua beras petani, asalkan beras yang benar2 beras dari petani yang benar2 petani. Dan petugas di Bulog juga harus benar2 baik, jujur, teliti, cermat, hemat, dan bertanggung jawab dalam membuat rencana kerja maupun dalam melaksanakan rencana2 kerjanya. Hidup Balinesia!
"Jokowi & JK" sudah kita pilih secara demokratis maupun meritokratis sebagai duet dalam memimpin bangsa kita, banyak sekali beban, ujian, maupun rintangan berat yg harus mereka hadapi maupun atasi, makanya, marilah kita dukung atau minimal jangan ganggu mereka berdua dalam memimpin bangsa ini untuk menciptakan kemaslahatan kita bersama! Terima kasih!
Para Ateis memang tidak berhak mengaku diri mereka Pancasilais, tapi para koruptor, kolutor, nepositor, provokotor, maupun pelaku teror juga tidak! Awas 1001 awas, Pancasila kita yg baik sudah ber-ulang2 secara licik disalahgunakan justru oleh para koruptor, provokotor, maupun oleh para pelaku teror dan pelanggar HAM di NKRI ini. Quo vadis NKRI!
Nasionalis yang Pancasilais bukanlah orang yang memahami, menghargai, dan mencintai NKRI sambil secara membabi-buta meremehkan maupun membenci negara atau bangsa lain. Marilah kita tingkatkan kesadaran, kecerdasan, maupun kedewasaan kita dalam memahami, menghargai, dan mencintai NKRI! Waspadailah bahaya laten penyalahgunaan Pancasila.
Selama kemenangan menjadi tujuan utama, maka kebenaran dan keadilan bisa saja terabaikan. Selama uang dan harta menjadi idola, moral dan hukum pun akan sekadar menjadi perhiasan. Dalam teorinya, makin pandai seseorang, seharusnya makin tinggilah budi pekertinya, tapi sayang dalam prakteknya, tidak selalu demikian adanya.
Kalau jumlah pendukung memang menjadi tolak ukur, tentu saja mayoritas sajalah yang boleh mengatakan diri mereka benar. Tapi kalau kebenaran dan keadilan mau kita jadikan tolak ukur, maka mayoritas maupun minoritas pun bisa benar, bisa salah. 'Penyakit' hanya percaya pada suara terbanyak sangat berbahaya, karena kebenaran & keadilan bisa saja terabaikan! Waspada.
Tahukah Anda bahwa amarah maupun dendam tidak selalu berakibat negatif, karena kalau amarah maupun dendam kita sikapi atau kontrol secara baik dan proporsional, maka mereka pun bisa saja menjadi pemicu maupun pendorong semangat juang kita yang positif. Tidak selalu jelek!
Marilah kita kurangi ketidakpedulian kita pada sesama, tapi marilah kita tingkatkan kemauan serta kemampuan kita untuk memahami serta mengamalkan Pancasila secara baik, jujur, ramah, bertanggung jawab, bersyukur dan/sehingga bisa benar-benar menciptakan keadilan sosial bagi kita bersama, bukan bagi diri & orang2 kita sendiri saja!
Yang perlu dijinakkan atau dipadamkan adalah niat atau keinginan melakukan kejahatan, karena kalau niat atau keinginannya sudah jinak atau padam, walaupun ada kesempatan pun tidak akan jadi masalah. Tapi kalau niat atau keinginannya masih ada, maka kejahatan pun akan amat mudah terwujut. Jinakkanlah nafsu kita!
Salah satu semangat kebangsaan atau nasionalisme yang mungkin paling pantas dan perlu kita bangkitkan saat ini adalah mengurangi dan/atau bahkan menghentikan segala kegiatan jahat korupsi, termasuk kolusi dan nepotisme.