Hati-hatilah "berinteraksi" di ruang tertutup yang remang-remang, karena "spirit setan dan iblis" selalu juga ada secara laten dan sabar menunggu kesempatan maupun kesempitan untuk membujuk maupun menjebak kita untuk mengikuti keinginan maupun selera mereka. Jangan takut, tapi tetaplah waspada!
Salah satu (bukan satu-satunya) makna "keadilan" adalah "kewajaran" atau "apa-apa yang sesuai dengan kesepakatan antara para subyek merdeka yang ingin berinteraksi dengan niat baik yang benar-benar baik", maka tidaklah layak kita terima dan akui sebagai "berkeadilan" kalau orang yang berutang uang tidak bayar utang uangnya pada saat, cara, maupun jumlah yang sudah dia janjikan. Oke?
Salah satu ciri khas "orang beriktikad" atau "orang yang sudah benar-benar merdeka" adalah "dia yang sesuaidengan isi otak dan isi hatinya memang benar-benar tidak mau menindas siapa atau apa pun". Dan salah satu ciri khas "orang yang belum beriktikad" atau "orang yang belum benar-benar merdeka" adalah "dia yang kalau belum ditindas langsung saja merasa berhak dan/atau bahkan wajib untuk menindas". Inilah sekadar omelan singkat dari Joger yang memang benar-benar tidak mau menindas sebelum, sembari, maupun sesudah benar-benar tidak mau ditindas. Oke? Terima kasih!
Kalau bisa, janganlah remehkan "waktu, ruang, maupun uang", karena ketika "waktu, ruang, maupun uang kita" jumlah maupun kualitasnya tidak seimbang, bisa saja hidup kita jadi ikut tidak seimbang juga.
Jangankan "kekuasaan" bahkan "ketidakkuasaan" pun bisa dan boleh "mengubah" sifat maupun sikap makhluk hidup, tetapi kita yang merupakan makhluk hidup termulia atau makhluk hidup berakal-budi, sudah selayaknyalah "kekuasaan maupun ketidakkuasaan" kita manfaatkan untuk "mengubah" diri kita menjadi diri kita yang benar-benar "bajur" (baik dan jujur), lebih "bajur", maupun paling "bajur", tidak sampai terlalu "bajur" maupun sampai jadi diri kita yang terlalu "tidak bajur". Setuju? Setuju tidak setuju tetap thank you alias terima kasih alias matur suksma alias matur nuwun alias danke!
Kalau bisa, minimal janganlah sampai terpaksa dan/atau apalagi secara sadar dan sengaja membalas "air susu" dengan "air tuba" maupun dengan "air comberan", tapi juga janganlah secara membabi buta dan tergesa-gesa membalas semua orang yang sudah memberikan kita "air susu" dengan "air susu", karena (belakangan) banyak juga sesama kita yg ternyata punya alergi terhadap lactose. Hati-hati dan waspadalah!
Kalau saja semua rakyat Indonesia benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas, dan mantap menjadikan "iktikad" sebagai "syarat dasar utama mutlak, yang kalau tidak ada, maka hal berikutnya tak akan terjadi" bagi dirinya masing-masing dalam memilah-milah maupun memilih "untuk benar-benar mau" maupun "untuk benar-benar tidak mau" melakukan "kegiataan-kehidupan" apapun, tentu saja keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak akan sulit untuk ramai-ramai, guyub, dan kompak kita wujudkan, rawat, maupun tumbuhkembangkan bersama secara "beriktikad" alias secara "benar-benar merdeka". Oke?
Kalau memang mau hidup bahagia lahir batin dunia dan akhirat (kelak), sadari, pahami, terima, dan syukurilah bahwa di dunia fana yang hampir selalu penuh misteri ini tidak ada lidah yang bertulang, termasuk lidah buaya, lidah api, lidah sapi, lidah tikus, lidah pengusaha, lidah penguasa, maupun lidah para politkus. Bayangkan saja kalau semua lidah-lidah bertulang, tentu saja kita tidak akan bisa lancar berbicara, he..he..he. Oke? Setuju? Terima kasih!
Justru karena tidak ada lidah manusia-biasa yang bertulanglah sebaiknya kita tetap berhati-hati, cerdas, dewasa, bijaksana, kritis, waspada, dan/atau merdeka dalam berbicara maupun dalam mendengar omongan orang-orang yang lidahnya pasti tidak bertulang juga! Setuju? Setuju tidak setuju tetap terima kasih! Jangan takut, tetapi tetaplah waspada!
Alangkah indahnya hidup bersama di NKRI yang berdasarkan Pancasila ini, kalau saja Pancasila benar-benar (tidak seolah-olah saja) disadari, dipahami, diterima, dimiliki, dan dijalankan secara "beriktikad" atau secara "benar-benar baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, tekun, dan tahu diri" dan/atau secara "benar-benar berkebaikan, berkebajikan, berkeadilan, berkeberadaban, dan berkesinambungan". Oke? Setuju? Merdeka!