Harga diri yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membuat kita sulit bergaul. Orang yang sulit bergaul biasanya tidak punya teman. Orang yang tidak punya teman biasanya kesepian. Orang yang kesepian biasanya akan terpaksa ngomong sendiri. Orang yang suka dan rajin ngomong sendiri biasanya tidak akan perlu lagi mempersoalkan harga diri. Setuju?
Pancasila sebenarnya sangat amat menganjurkan agar kita semua benar-benar mau, mampu, sempat, ikhlas, dan mantap berpikir, berbicara, berkiprah, maupun berprasangka secara baik, lebih baik, maupun terbaik, tetapi tidak sampai terlalu baik dan/atau apalagi terlalu tidak baik. Oke?
Tahu goreng, tahu campur, tahu isi, tahu gimbal, tahu petis, tahu penyet, tahu tek, tahu lontong, tahu sumedang, maupun tahu kediri tidak ada gunanya kalau kita tidak tahu diri! Setuju?
Paling repot kalau kita harus berurusan dengan orang-orang yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya tidak selaras, sehingga janjinya pun tidak bisa kita jadikan pegangan untuk berurusan dengan mereka. Semoga saja Tuhan Yang Maha Esa tidak bosan menerangi hati dan otak mereka agar mereka pun tidak melanjutkan kebiasaan buruk mereka yang kalau tetap mereka lakukan bisa saja berkembang menjadi dosa. Oke? Terima kasih!
Membeda-bedakan sesama manusia berdasarkan sikap, perbuatan, maupun prestasinya secara adil dan beradab memang konstruktif dan/atau maslahat, tapi membeda-bedakan sesama manusia hanya berdasarkan jenis kelamin, suku, agama, maupun alasan-alasan primordial lainnya, adalah tindakan yang tidak adil, tidak beradab, destruktif, dan/atau mudarat. Terima kasih!
Lebih baik hidup sederhana, tapi tetap punya waktu untuk saling menghargai maupun bersyukur secara wajar dan sederhana, daripada kaya, tapi malah tidak punya cukup waktu untuk saling memperhatikan maupun bersyukur secara wajar dan/atau masuk akal! Oke?
Dunia makin tua, manusia pun makin merasa kesulitan untuk memilih apakah ingin ikut main curang dan/atau ingin kecipratan uang haram!
Marilah kita tertibkan diri kita sendiri masing-masing secara otonom atau merdeka, bukan karena takut pada sanksi-sanksi yang ditetapkan oleh pihak luar diri kita. Setuju?
Apa gunanya mengaku diri kita paling pribumi, kalau cinta kita terhadap bumi kalah iktikad dan kalah mantap daripada cinta orang-orang yang kita tuduh maupun anggap sebagai nonpribumi (orang asing)? Merdeka!
Kesuksesan dan kemakmuran yang diperoleh dengan bekerja keras secara baik, jujur, cerdas, dan merdeka, biasanya tidak akan mudah membuat pemiliknya iri dan/atau apalagi dengki ketika melihat atau mendengar orang lain lebih sukses maupun lebih kaya!