Bagi orang-orang yang benar-benar kreatif, menciptakan karya yang benar-benar baru bisa saja terasa lebih mudah daripada menjiplak maupun meniru. Tapi sebaliknya, bagi orang-orang yang destruktif, tentu saja mereka lebih suka menjiplak maupun meniru, daripada repot-repot atau ambil risiko menciptakan karya yang baru. Terima kasih!
Kalau bisa, janganlah terlalu cepat maupun terlalu lambat percaya maupun tidak percaya pada apa-apa maupun siapa-siapa yang dicerap oleh indra-indra kita. Oke?
Kata-kata adalah ungkapan-ungkapan yang merupakan kesepakatan kita bersama. Istilah hitam untuk warna hitam bisa saja kita ganti dengan putih, kalau kita sepakati bersama. Terima kasih!
Cinta sejati tidak bisa dan tidak pantas diperjualbelikan. Tapi kalau, toh ada yang menawarkan cinta palsu dan ternyata kita tetap mau membelinya, silakan beli saja, tapi ketika harus bayar, bayarlah dengan uang palsu juga. Telitilah sebelum jatuh cinta, daripada harus menyesal di kemudian hari.
Bahaya judi sebenarnya mirip seperti bahaya Narkoba, yaitu terletak pada bahaya ketagihannya. Dimana orang yang sudah
ketagihan biasanya akan lupa daratan ketika di darat, lupa lautan ketika di laut, dan lupa anak istri ketika di meja judi. Setuju?
Kesempatan memang tidak (selalu) datang dua kali, tetapi selama masih hidup, kesempatan berikutnya pasti akan datang walaupun tidak selalu sama.
Bersatu kita teguh, beriktikad lebih teguh! Wahai orang-orang yang benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan bertanggungjawab, marilah kita bersatu padu menggalang iktikad dan kemampuan kita untuk menciptakan kesejahteraan bersama yang benar-benar berkeadilan, jangan biarkan para penumpang gelap, para koruptor, para pelaku teror, para provokator, para parasit, para penyakit, maupun para virus bersatu padu menghancurkan hidup kita bersama! Oke?
Kalau memang benar-benar mau maju ke arah depan, jangan lah hanya terbuai pada pujian atau dukungan orang-orang yang sudah sebarisan dengan kita saja! Setuju? Terima kasih!
Kalau memang ingin bicara sebagai bangsa yang berkeadilan, seharusnya lah kita semua tanpa terkecuali percaya dan patuh pada seperangkat hukum positif yang sudah kita sepakati dan berlaku umum.
Awas! Janganlah mengira bahwa “nafsu” adalah sesuatu yang negatif saja, karena kalau disadari, dipahami, diterima dan kemudian dikontrol secara benar-benar wajar, maka “nafsu” pun bisa saja malah menjadi pendorong positif untuk mencapai berbagai kemajuan. Oke?