Tahukah Anda, bahwa kebingungan maupun kemantapan, adalah dua hal yang sama-sama menular. Makanya, daripada menularkan kebingungan, mengapa tidak kita tularkan saja kemantapan? Tapi bagaimana mau menularkan kemantapan, kalau kita sendiri masih belum benar-benar mantap? Makanya marilah kita mantapkan diri kita secara optimal!
Sikap rajin dan juga hemat adalah sepasang sikap atau sifat yang jelas pantas dan perlu kita miliki serta terapkan dalam kehidupan kita kalau kita memang ingin aman (terutama) di bidang finansial, karena jika kita suka bermalas-malasan maka kita pun tidak akan bisa punya apa-apa yang bisa kita sikapi secara hemat.
Sila pertama pancasila mengajak kita untuk benar-benar menyadari, memahami, serta meyakini bahwa Tuhan tidak hanya sekadar "Esa" atau "Satu" dalam pengertian bilangan dalam matematika dan/atau aritmatika yang bisa dan boleh ditambah, dikurangi, dikalikan, dibagi-bagi, atau dimonopoli oleh maupun untuk siapa dan apa pun juga. Tuhan itu Maha Esa! Merdeka!
Sebagai manusia biasa yang tidak mungkin bisa sebaik, sesuci, dan/atau sesempurna malaikat, tapi toh, juga tidak secara sadar dan sukarela mau dan mampu berlama-lama bersikap sekeji, sekejam, dan/atau sejahat binatang buas, setan, maupun iblis. Marilah kita hidup bersama secara sewajar-wajarnya saja, jangan terlalu ekstrem, jangan terlalu berlebih-lebihan, dan/tapi juga jaganlah sampai terlalu memuja-muja maupun terlalu mencurigai atau apalagi memojokkan atau memberikan cap/stigma/stempel negatif secara berlebih-lebihan juga! Stop kementang-mentangan!!
Walaupun mungkin memang sangat tidak mudah, tapi marilah kita tetap berpikir, berbicara, berperasaan, bersikap, dan bertindak secara baik, jujur, adil, ramah, rajin, bertanggungjawab, berinisiatif, berani, bersyukur, tekun, dan tahu diri di segala cuaca, justru agar teman-teman, sanak keluarga, maupun orang-orang di sekitar kita tidak sampai terpaksa atau repot-repot curiga, berprasangka buruk, atau berpikir negatif tentang kita. OK?
Kalau berbeda itu memang boleh dan bisa kita anggap sebagai sesuatu yang salah atau dosa, berarti kita semua tidak ada yang benar dan tidak ada yang tidak berdosa. Untuk itu, marilah kita terima dan/atau bahkan syukuri perbedaan-perbedaan keyakinan maupun pilihan selera kita dalam berbagai hal positif secara baik, cerdas, dewasa, berbudaya, konstruktif, kreatif, inovatif, bertanggungjawab, dan/atau wajar-wajar saja. Oke?
'Debat publik' adalah perdebatan (yang terpaksa) dilakukan ketika ada urusan publik maupun urusan republik yang begitu pentingnya, sehingga banyak orang (publik) merasa pantas dan perlu membahasnya secara terbuka dalam rangka mencari kesepakatan atau solusi terbaik bagi kemaslahatan bersama. Sedangkan 'debat kusir' adalah perdebatan antara 'kusir dan kudanya'. Oke?
Kalau bisa, janganlah biarkan rasa cinta maupun rasa tidak cinta kita kehilangan arah, nalar, kelenturan, maupun toleransinya. Jangan biarkan emosi kita mengendalikan sikap mauapun hidup kita ke arah yang sesat atau destruktif. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang mau dan mampu menguasai dan mengatur, bukan dikuasai dan diatur oleh perasaan benci maupun cintanya. Kuasai perasaan kita! Oke?
Harta, kekayaan, maupun kejayaan yang diperoleh secara tidak baik, tidak jujur, dan tidak adil, tidak mungkin bisa merawat kebahagiaan hidup lahir batin di dunia dan di akhirat. Kalau tidak percaya tanyakanlah pada guru agama Anda masing-masing! Terima kasih!
Banyak orang secara salah kaprah mengira atau mengidentikkan "kemerdekaan" sama saja dengan "kebebasan" belaka. Padahal kebebasan yang tidak kita dasari dengan iktikad atau niat baik, maka kebebasan pun bisa saja berubah dari arti esensinya dan menjadi "ketidakmerdekaan" atau "penindasan" yang biadab dan mudarat. Kemerdekaan itu konstruktif dan bisa dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. OK?