Sebuah zaman layak disebut zaman edan, yaitu zaman di mana orang-orang yang jelas-jelas tidak benar (jahat/amoral/korup) malah terpaksa harus kita terima dan hormati sebagai pejabat/penguasa, tapi sebaliknya orang-orang yang benar-benar baik dan jujur, tapi kalah bersaing, malah terpaksa kita tinggalkan atau jauhi, karena tidak punya apa-apa kecuali kebaikan, kejujuran, dan harga diri yang tidak laku dijual atau ditukar dengan duit untuk membayar tumpukan utang. Edan!
Di zaman Belanda, kita sudah dijajah Belanda. Di zaman Jepang kita sudah dijajah oleh Jepang. Di era Orla kita sudah dijajah rezim Orla. di era Orba, kita sudah dijajah oleh rezim Orba. Berarti di zaman edan seperti sekarang ini, kalau tidak hati-hati, kemungkinan besar kita akan dijajah justru oleh orang-orang edan!!
Kalau memang ingin hidup tenteram, damai, sejahtera, dan/atau bahagia lahir batin di dunia maupun di akhirat kelak, hargailah "daya ingat" maupun "daya lupa" kita sendiri maupun "daya ingat" maupun "daya lupa" orang lain secara wajar dan berkesinambungan! janganlah langsung lupa untuk bersabar ketika ada orang sedang "lupa untuk ingat" maupun "ingat untuk lupa", karena "lupa" itu sebenarnya sama saja dengan "sedang ingat untuk tidak ingat". Logika sederhana dari joger.
Lupakanlah hal-hal yang sudah pantas dan perlu kita lupakan, tetapi tetaplah ingat hal-hal yang masih pantas dan perlu kita ingat! Silakan lupa keindahan negeri orang, janganlah lupa kemolekan negeri sendiri. Silakan lupa anak mertua orang lain, tetapi janganlah lupa anak mertua sendiri. Silakan lupa menasehati orang lain, janganlah lupa introspeksi. Silakan lupa kemilaunya "gigi emas" tetangga, tetapi tetaplah ingat untuk tetap membersihkan dan merawat gigi sendiri! Setuju?
Politik itu sebenarnya, adalah manajemen kekuasaan rakyat yang diberikan (bukan dijual) oleh rakyat kepada para pemimpin maupun wakil rakyat untuk menciptakan kemaslahatan, dan kesejahteraan rakyat kecil, besar, maupun sedang secara baik, jujur, adil, transparan, beradab, dan berkesinambungan (tidak hanya di saat-saat menjelang atau pasca pemilu saja). Jadilah penguasa yang merdeka!
Pada dasarnya persatuan dan kesatuan hanya pantas dan perlu kita pelihara atau jaga keutuhannya, apabila semua pihak, baik mayoritas maupun minoritas benar-benar mau dan mampu memiliki iktikad/keyakinan/maksud/hasrat/komitmen yang benar-benar baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berinisiatif, berani, bersyukur, bermanfaat, yang dilakukan secara tekun dan tahu diri. Thank you.
Kalau bisa, janganlah sering-sering berlagak kaya ketika kita masih belum kaya, tetapi juga janganlah tetap saja berlagak atau mengaku miskin ketika kita sudah kaya. Baik, jujur, dan wajar-wajar saja lah!
Justru karena apa yang kita sebut wajar maupun sederhana itu memang sangat relatif, maka marilah kita tetap bersikap wajar dan sederhana, baik disaat kita sudah benar-benar kaya maupun ketika kita masih belum benar-benar kaya. Merdeka!
Selemah-lemahnya manusia, pasti punya ketakutan. Sekuat-kuatnya manusia pasti punya kelemahan. Sebaik-baiknya manusia pasti punya kejelekan. Sejelek-jeleknya manusia, pasti punya kebaikan. Wajar-wajar saja.
Jangan pernah kehabisan atau kehilangan kerendahan hati dan semangat untuk mempelajari hal-hal baru yang lebih baik, lebih praktis, lebih adil, dan lebih bermanfaat bagi kemaslahatan kita bersama serta kelestarian lingkungan hdup kita bersama, lalu manfaatkanlah semua ilmu teoritis dan (terutama) praktis yang sudah sempat kita pelajari secara baik dan benar untuk benar-benar meningkatkan kesejahteraan kita bersama secara berkesinambungan!