Salah satu cara untuk mencapai “kesuksesan hidup” adalah dengan secara serius mencintai profesi kita secara profesional atau secara “benar-benar baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, berimajinasi, berani, berinisiatif, bermanfaat, bersyukur, tekun, dan tahu diri!
Sadar dan ingatlah, bahwa walaupun kita sama sekali tidak bisa melihat Tuhan, tetapi percayalah bahwa Beliau senantiasa mengamati kita setiap saat tanpa henti dan tanpa jeda! Terima kasih!
Kalau bisa, janganlah hanya rebutan untuk melakukan hal-hal yang enak, mudah, dan/atau yang hanya menguntungkan diri atau kelompok kita sendiri saja, tapi marilah kita ramai-ramai melakukan hal-hal yang benar-benar baik dan bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun bagi para pemangku kepentingan/stakeholder dan lingkungan hidup kita bersama secara adil, beradab serta berkesinambungan. Semoga sukses!
Sebagai orang2 yang benar2 (tidak hanya se-olah2 saja) baik, jujur, adil, beradab, rajin, dan bertanggungjawab, marilah kita ramai2 dan sering2 berpikir positif, berperasaan positif, berbicara positif maupun berkiprah sepositif mungkin!
Mencintai negara itu tidak selalu harus jadi tentara, polisi, hakim, jaksa maupun jadi pengacara saja. Marilah kita cintai NKRI kita ini dengan menjadi diri kita sendiri yang benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan rajin berkarya maupun bekerja nyata, yang konstruktif, kreatif, dan produktif!
Sadar dan ingatlah, bahwa walaupun kita sama sekali tidak bisa melihat Tuhan, tetapi percayalah bahwa Beliau senantiasa mengamati kita setiap saat tanpa henti dan tanpa jeda! Terima kasih!
Kalau tidak ingin kecewa di kemudian hari, janganlah menilai pribadi seseorang hanya dari muka(k) maupun dari belakangnya saja, tapi perhatikanlah juga dari kiri, kanan, atas, dan bawah, terutama isi otak dan isi hatinya, oke?
Bali adalah tempat terbaik (the best place) untuk melupakan “PR” atau pekerjaan rumah (home work) kita, selama rumah kita (our home) tidak di Bali, he..he.
Punya uang itu sebenarnya tidak perlu sampai terlalu banyak, yang penting halal dan cukup! Dalam arti cukup halal dan cukup banyak.
Inti sari dari Pancasila adalah “gotong-royong” dalam arti, saling menghormati,saling menghargai, saling mencintai, dan saling melengkapi secara benar-benar baik, jujur, adil, wajar, optimal, dan bertanggungjawab dalam kesadaran dan kapasitas kita masing-masing sebagai makhluk individu yang juga mahkluk sosial.