Di zaman edan sekarang ini hampir semua hal harus dibayar atau ditebus dengan uang. Uang menjadi hal yang amat penting, tapi hukum karmapala atau hukum sebab akibat tetap menjamin bahwa semua uang maupun harta yang dicari, diperoleh, dimiliki, disimpan, disembunyikan, dikelola, dimanfaatkan, maupun dibagi-bagikan dengan niat dan cara yang tidak baik, cepat atau lambat, di sini atau di sana, pasti akan menghasilkan buah atau akibat yang tidak baik bagi si pelaku yang bisa saja diwarisi oleh para keturunannya.
Di saat sama-sama susah seperti sekarang ini, sebaiknyalah kita tidak bikin susah sesama, tapi sebaliknya, kalau bisa, marilah kita saling mencari celah untuk saling menghormati, saling menghargai, saling mencintai, dan/atau minimal tidak saling mengganggu. Marilah kita makan, minum, dan syukuri tabungan kita untuk mengatasi berbagai masalah kita masing-masing. Jangan ganggu atau tambah beban pemerintah kita yang juga sedang sangat susah! Begitu pula sebaliknya, pemerintah juga harus tahu diri! OK?
Ketika masih berjalan selama satu dan dua bulan (sejak Maret 2020), pengaruh negatif pandemi covid19 yang berkepanjangan ini memang masih belum terlalu menggerus optimisme keluarga Joger, tapi setelah berjalan lebih dari tiga bulan, saya (Mr/Pak Joger) pun sudah terpaksa mulai siap-siap makan, minum, dan mensyukuri tabungan kami. Untung saja pihak pajak memberi keringanan sampai 50%. Tapi bagaimana untuk selanjutnya, karena kalau, toh kami berjualan, ternyata hasil totalnya pun belum cukup untuk menutupi biaya harian dasar yang harus kami tanggung? Quo vadis Joger?
Sadarkah Anda, bahwa tidak satupun budaya asing bisa merusak bangsa kita, karena yang layak kita sebut budaya, hanyalah tradisi atau kebiasaan yang baik-baik dan bermanfaat-bermanfaat saja. Yang buruk dan merugikan tidak layak kita terima maupun sebut sebagai budaya. Marilah kita bentuk, jaga, rawat, dan tumbuhkembangkan kebiasaan-kebiasaan kita yang baik-baik dan bermanfaat-bermanfaat bagi kemaslahatan NKRI kita!
Seperti yang sudah saya (Mr. Joger) katakan, "Kalau bisa, janganlah jadi pengusaha, apalagi yang kreatif, sukses, dan makmur. Karena kalau perusahaan kita maju, maka berbagai macam rintangan berupa berbagai macam aturan, pungutan, biaya, maupun pajak yang siap menghadang dan/atau bahkan menghancurkan kreativitas, kesuksesan, dan kemakmuran kita. Lebih baik jadi pejabat dan politikus saja?"
Selamat berpuasa secara baik, jujur, dan terhormat bagi anda yang beribadah puasa! Selamat menghormati orang berpuasa secara baik, jujur, dan terhormat bagi Anda yang tidak sedang beribadah puasa! Disamping selamat, sehat dan juga penting, dalam arti sehat secara kejiwaan , raga, pikiran, perasaan perkataan, pergaulan, komunikasi, maupun kantong. Selamat dan senyum dari joger, Kuta Balinesia.
Kalau bisa, janganlah beli maupun pakai kaus jiplakan, karena di samping merugikan para seniman kreatif yang dijiplak, ternyata juga berpotensi mempermalukan maupun menjatuhkan citra positif pembeli maupun pemakainya. Makanya, kalau tidak mau dipermalukan maupun dijatuhkan martabatnya, lebih baik beli dan pakai sajalah kaus-kaus asli yang desainnya benar-benar karya seniman atau desainer yang sesungguhnya, walaupun harganya agak lebih mahal sesuai dengan kualitasnya yang lebih tinggi. Salam kreatif dari Joger, Kuta, Balinesia (Bali yang tak terpisahkan dari Indonesia). Oke?
Kalau bisa, marilah kita cari, kumpulkan, tabung, kelola, kerahkan, serta arahkan suara rakyat secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan merdeka untuk menciptakan, merawat, maupun menumbuhkembangkan kemaslahatan hidup kitabersama, keselamatan kita bersama, kesehatan kita bersama, kegembiraan kita bersama, kebahagiaan kita bersama, maupun kesejahteraan hidup kita bersama yang benar-benar berkeadilan dan berkesinambungan. Setuju? Terima kasih!
Kalau bisa, hargailah "cacing-cacing tanah" yang kecil dan lemah secara benar-benar baik, jujur, adil, beradab, dan masuk akal, maka "naga-naga raksasa" di langit yang kuat, gagah, perkasa, murah hati, dan sakti pun akan secara sukacita membalas kebaikan maupun kebajikan kita secara wajar, optimal, setimpal, dan membahagiakan. Janganlah pernah meremehkan siapa atau apapun! Setuju?
Berbeda secara primordial (paling dasar, dibawa sejak lahir, tidak bisa dan /atau sulit diubah karena merupakan pemberian langsung dari Tuhan Yang Maha Esa dan Mahapemurah berupa asal-usul, warna kulit, suku, ras, maupun agama) jelas bukan kesalahan dan juga bukan dosa, tetapi sebaliknya membeda-bedakan secara negatif, jahat, keji, kejam, biadab, licik, dan tidak adil, itulah yang sangat pantas dan perlu kita waspadai, kurangi, jinakkan, dan lebih baik lagi kalau bisa kita hentikan sama sekali pelaksanaannya, terutama kalau kita sendiri tidak suka didiskriminasi secara negatif secara primordial. Joger jelek.