Bagi orang yang sedang benar-benar haus, tentu saja segelas air lebih berharga daripada segelas emas. Bagi orang yang sedang benar-benar lapar, tentu saja sepiring nasi campur lebih berharga daripada segelas air. Bagi orang yang sedang benar-benar butuh cinta, tentu saja secuil cinta lebih berharga daripada segudang beras. Bagi orang yang benar-benar materialistis, satu jua US dolar yang haram maupun hasil korupsi tetap saja lebih dia sukai daripada sejuta rupiah yang halal dan legal. JOGER MEMANG JELEK, TETAPI tidak terlalu MATERIALISTIS!
Banyak orang mengira bahwa bertanggungjawab itu hanyalah urusan menanggung dan menjawab saja, padahal bertanggungjawab itu adalah sikap hidup atau sikap mental yang benar-benar teliti, cermat, dan hemat sejak merencanakan apapun! Ayo, marilah kita jaga ketelitian, kecermatan, serta kehematan kita secara sebaik mungkin, sejujur mungkin, dan/atau semerdeka mungkin! Jangan merencanakan yang tidak mungkin-tidak mungkin! Setuju? Setuju tidak setuju tetap terima kasih! Merdeka!
Kalau bisa, janganlah sampai terlalu baik dan/atau apalagi sampai terlalu tidak baik! Tetaplah miliki dan jalankan sikap hidup yang benar-benar wajar, optimal, bermoral, beretika, beragama, ber-Tuhan, manusiawi, berwawasan lingkungan, berkeadilan, berkemerdekaan, dan/atau benar-benar BAJU2RA6BERTETADI alias benar-benar BA-ik, JU-jur, RA-mah, RA-jin, BER-tanggungjawab, BER-imajinasi, BER-inisiatif, BER-ani, BER-syukur, BER-manfaat, TE-kun, dan TA-hu DI-ri. Setuju?
Renungan Joger, Jumat, 12 Maret 2021.
Ternyata "kurangnya sifat dan sikap benar-benar merdeka", adalah salah satu (bukan satu-satunya) masalah mendasar yang membuat kita atau bangsa Indonesia ini tidak bisa benar-benar kompak, bangkit, dan maju ke arah yang benar-benar berkesejahteraan bersama yang benar-benar berkeadilan dan berkesinambungan, Terlalu banyak orang kita yang masih bermental penjajah dan korup! Quo vadis NKRI? Quo vadis Pancasila?
Seorang anak SD kelas IV bertanya polos pada ayahnya yang terkenal suka membantu sesama, "Pah, Papah selalu mengajak kami untuk membantu sesama, lalu mereka yang kita bantu itu apakah mereka juga harus membantu kita sebagai sesama mereka?" Jawaban sang ayah, "Ya, mereka juga punya kewajiban membantu kita dalam bentuk mensyukuri bantuan kita yang benar-benar ikhlas dan wajar secara benar-benar ikhlas dan wajar juga!" Setuju?
Jangan meremehkan uang, tapi juga jangan dewa-dewakan uang! Marilah kita berdoa, bekerja, dan berkarya nyata secara baik, jujur, ramah, rajin, bertanggungjawab, dan/atau wajar, sehingga kesuksesan kita pun tidak sampai dibebani ekses-ekses negatif yang cepat atau lambat pasti akan menyusahkan dan/atau bahkan menyengsarakan kita, terutama jiwa kita. Wajar-wajar sajalah!
Jangan biarkan pikiran, tenaga, cinta, minat, semangat, bakat, dana, serta waktu kita direkrut, direnggut, dan/atau apalagi dikuasai oleh NARKOBA jahat!!
Selama tidak kita biarkan tumbuh secara liar dan berlebih lebihan, rasa iri sebenarnya bisa sangat mendorong kita untuk berusaha lebih keras demi tercapainya hasil yang lebih baik dan lebih hebat bagi kemaslahatan kita bersama!
Orang-orang yang sok kuasa pada suatu ketika pasti akan hancur, terutama ketika harus berhadapan dengan kekuasaan yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih sok kuasa lagi! Oke?
Tahukah Anda, bahwa rasa cinta maupun rasa kasih sayang itu tidak selalu harus disampaikan dengan bunga mawar merah saja, dan juga tidak hanya disampaikan pada tanggal 14 Februari saja, tapi bisa juga kita sampaikan setiap saat dengan bunga deposito yang halal, legal, dan/tapi tidak di luar BI rate. No Money = No Honey = No Bali, he..he.